Untuk menciptakan perhiasan yang kuat dan warna indah yang diinginkan, emas harus dicampur dengan logam lain. Untuk mendapat warna kuning, emas murni dicampur perak. Untuk menciptakan warna merah, emas murni dicampur tembaga. Untuk mendapat warna putih, emas murni dicampur timah sari dan nikel.
Logam pencampur emas biasa disebut alloy. Dalam pengertian moneter, alloy adalah komposisi logam campuran dari beberapa jenis logam pilihan sehingga menghasilkan kuatitas logam yang diinginkan (Mohamad Ihsan Palaloi dkk, 2006: hlm. 211). Misalnya tembaga jika dicampur dengan nikel, akan menghasilkan jenis logam komposit yang keras dan tahan aus. Karakteristik ini sangat dibutuhkan untuk membuat uang logam atau koin.
Membeli di mana pun, jangantah segan-segan meminta penjual metakukan ujicoba kadar emas. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Yang lazim dipakai di toko emas adalah menggunakan gold tester.
Tempelkan ujung jarum alat tersebut pada emas, dan sejurus kemudian akan ketahuan kadar kemurniannya. Kelemahannya, alat ini hanya menyentuh permukaan emas, dan tidak sampai ke dalamnya. Bisa juga pengujian menggunakan teknik uji gosok batu yang lantas ditetesi asam nitrat dan klorida. Cara lain yang lebih mantap adalah uji di laboratorium.
Sebaiknya kita selalu memerhatikan kadar kemurnian emas. Emas batangan jamaknya menggunakan hitungan kadar kemurnian datam persentase. Makin tinggi persentasenya, makin dekat kadar nya dengan emas murni atau logam mulia (24 karat). Dalam perdagangan emas batangan, batas toleransi kadar emas hanya boleh meleset tipis. Maksimal 0,05 persen dari emas murni. Sedangkan batas toleransi untuk perhiasan emas jauh lebih besar, yakni 0,5 (setengah) persen.